Laman

Rabu, 04 Januari 2012

kepikiran kamu "skripsiku"


Malam-malam gini pulang dari kampus habis LPJ an (Laporan Pertanggung Jawaban) di salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di biologi membuat ku ngantuk dan yang pastinya laperrrrr *iklan minyak sayur itu,,  jadi kepikiran dengan skripsiku yang malas banget aku sentuh. sebenanya masih takut aja buat maju ke pembimbing  takut salah dengan datanya. Kita melirik sedikit yuk tentang penelitianku,,,biar kalian pada tau juga apa tuh bakteri Azospirillum dan apa tuh teknik hidroponik. cekidott

I.                  PENDAHULUAN
Azospirillum adalah bakteri penambat nitrogen yang biasa ditemukan di dalam tanah dan dapat hidup secara bebas atau berasosiasi dengan berbagai akar tanaman, terutama jenis rumput-rumputan dan serealia (Bashan, 1988). Azospirillum diketahui mampu menstimulasi pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan. Azospirillum tidak hanya dapat menambat N dari atmosfer (Dobereiner and Day, 1976), juga mampu menghasilkan hormon tumbuh tanaman seperti IAA (Indole  Acetid  Acid), GA (Gibeberralic Acid), dan kinetin. Oleh karena kemampuan tersebut Azospirillum dimanfaatkan sebagai biofertilizer (Ribaudo, 2006).
Aplikasi inokulum mikroba untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman umumnya dilakukan pada media tanah tetapi inokulasi mikroba pada teknik hidroponik masih jarang dilakukan. Hidroponik adalah cara budidaya tanaman dengan menggunakan medium air. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan metode bercocok tanam tanpa memanfaakan tanah tetapi menggunakan air atau bahan porous lainnya dengan pemberian unsur hara. Teknik hidroponik merupakan metode pertanian yang paling intensif dalam perkembangan produksi  industri pertaniaan saat ini (Ridwan et al., 2010). Menurut penelitian Indradewa, (2010) keuntungan yang dapat diperoleh dalam berhidroponik adalah sesuai untuk penanaman di tempat yang terbatas, lebih bersih, pemakaian pupuk atau nutrien lebih efisien, awet dan terkontrol, Gulma tidak ada, hama dan penyakit lebih sedikit, kegiatan pemeliharaan lebih sedikit, hasil produksinya lebih seragam.Isolat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Azosprillum spp. isolat JG3, isolat PRD2 dan isolat KK1. Ketiga isolat tersebut diketahui mampu menambat N bebas dan mampu menghasilkan zat pengatur tumbuh IAA (Indole Acetid Acid), GA (Gibberrelic Acid) dan kinetin.  Isolat ini mampu mengkoloni akar pada tanaman.  
jagung sehingga berpengaruh terhadap morfologi dan fungsi akar (Zulhijah, 2006). Kemampuan ketiga isolat tersebut dalam mengkoloni akar dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat di media hidroponik  belum diketahui.
Menurut Sagala (2009), tomat merupakan salah satu sayuran yang sangat penting bagi manusia, tetapi jumlah produksinya dari tahun ke tahun mengalami penurunan sehingga perlu diadakan peningkatan produksi. Salah satu cara peningkatan produksi tomat yaitu dengan pemberian bahan organik. Bahan organik tersebut diantaranya yaitu nutrien, kompos, dan pupuk kandang. Pada ketinggian di atas 1000 m atau garis lintang yang lebih tinggi mereka dapat ditanam secara permanen (Williams, 1993). Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum optimal serta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya.  Salah satu teknik budidaya tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas tomat adalah hidroponik (Wijayani, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.    Apakah Azospirillum spp. mampu tumbuh dan berkembang dalam media hidroponik yang ditanami tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.).
2.    Apakah Azospirillum spp. mampu mengkoloni akar dan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) yang ditumbuhkan dengan teknik hidroponik.
Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui :
1.    Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Azospirillum spp. pada media  hidroponik yang ditanami tomat (Solanum lycopersicum L.).
2.    Mengetahui kemampuan kolonisasi Azospirillum spp. pada akar dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) yang ditumbuhkan dengan teknik hidroponik.
Berdasarkan permasalahan dan tujuan di atas penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kemampuan isolat bakteri Azospirillum dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat yang ditumbuhkan pada media hidroponik.
Pupuk hayati (biofertilizer) adalah bahan yang mengandung satu atau lebih jenis mikroorganisme bermanfaat seperti mikroba penambat nitrogen, pelarut fosfat, selulolitik dan sebagainya yang digunakan untuk perlakuan terhadap benih, tanah atau areal pengomposan dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah mikroba dan aktivitasnya, sehingga dapat menambat ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pengertian sempit pupuk hayati adalah inokulan mikroba (Sugito, 1995). Inokulan mikroba umumnya dikemas dalam campuran media pembawa (carrier) yang berfungsi sebagai biofertilizer (Goenadi, 1996). Inokulan mikroba merupakan sediaan yang mengandung mikroba hidup atau latent dan bermacam-macam mikroba telah dipakai sebagai pupuk hayati (Rodrigues, 2000).
Hidroponik merupakan metode yang sangat produktif, konservatif terhadap tanah dan air serta protektif terhadap lingkungan. Istilah ini di kalangan umum dikenal dengan “bercocok tanam tanpa tanah”, termasuk bercocok tanam di dalam botol atau wadah lainnya yang menggunakan air atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir kali, kerikil, maupun gabus putih (Ridwan et al., 2010). Bertanam secara Hidroponik dapat berkembang dengan cepat, karena cara ini mempunyai banyak kelebihan, kelebihan yang utama adalah tanaman dapat tumbuh dan berproduksi lebih baik dibandingkan dengan teknik penanaman biasa. Kelebihan lainnya yaitu perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol, pemakaian pupuk lebih hemat, tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru, tidak membutuhkan tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standardisasi, tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak, juga mampu membunuh patogen terhadap tanaman (Ogai, 2009).
Based (2010), menyatakan bahwa inokulasi bakteri Azospirillum sp. dengan menggunakan teknik hidroponik mampu meningkatkan pertumbuhan akar dan mampu meningkatkan serapan mineral unsur hara (P, Ca, K dan Mg) pada tanaman tomat. Selain itu pengaruh inokulasi bakteri melalui teknik hidroponik mampu meningkatkan luas permukaan akar, berat kering tanaman dan mampu menghasilkan tingkat koloni yang cukup signifikan (Bashan, 1986).
Tanaman tomat memiliki bagian tubuh yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Bagian pada akar tomat yaitu akar tunggang dan akar cabang berwarna putih. Kedalaman perakarannya yaitu 30-40 cm. akar tersebut berfungsi sebagai penopang tanaman dan membantu dalam menyerap unsur hara. Bagian yang terpenting dari tomat ini merupakan biji. Biji tomat memiliki bentuk yang pipih, berbulu dan berwarna putih kekuningan dan coklat muda. Panjangnya 3-5 mm, dan lebarnya 2-4 mm. Biji ini yang nantinya akan digunakan dalam inokulasi Azospirillum spp. sehingga menjadi benih (Sagala, 2009).
Azospirillum pertama kali ditemukan oleh Beijerinck pada tahun 1925 dengan nama spirillum. Penelitian lebih lanjut memandang perlunya diadakan reklasifikasi nama genus dari spirillum menjadi Azospirillum. Spesies dari genus ini diantaranya Azospirillum lipoferum dan Azospirillum brasilense. Azospirillum lipoferum dan Azospirillum brasilense dapat diisolasi dari 30-90% sampel tanah diseluruh dunia (Bashan, 1988). Balows et al. (1992), menemukan dua spesies yaitu A. amazonense dan A. halopraferan. Bakteri ini lebih banyak dijumpai di akar daripada di tanah dan membentuk koloni di permukaan akar dan di lapisan luar, korteks, serta mendapatkan sumber karbon dari eksudat tanaman (Sylvia et al., 1999). Selain itu bakteri ini mampu menambat N paling banyak di daerah sekitar perakaran dan mampu berinteraksi dengan bakteri lain yang terdapat di sekitar perakaran contohnya terdapat pada akar rumput (Reinhold, 2006).
Menurut Okon (1985), Azospirillum memiliki beberapa keuntungan yaitu meningkatkan pengambilan N, P, K dan mikroelemen, meningkatkan akumulasi materi dan meningkatkan pembentukan cabang dan rambut akar. Azospirillum dapat menghasilkan IAA (Indol Acetic Acid) yang berfungsi sebagai fitohormon. Inokulasi bakteri pada jaringan tanaman menunjukkan adanya auksin dan plant growth promoting factors yang mampu meningkatkan pertumbuhan pada tumbuhan tersebut (Koch dan Daruko, 1991; Daruko dan Kuss, 1994).
Azospirillum isolat JG3, PRD2 dan KK1 merupakan koleksi isolat Laboratorium Fakultas Biologi Unsoed. Azospirillum sp. JG3 adalah strain lokal yang diisolasi dari akar jagung, memiliki karakteristik bentuk sel spiral atau batang pendek, termasuk bakteri Gram negatif, motil dan bersifat katalase positif. Bentuk koloni pada cawan yaitu bulat, tidak teratur, permukaan halus mengkilap, elevasi rata, bagian tepi rata dan berwarna merah muda sampai merah tua pada media Caceres. Bakteri tersebut mampu meningkatkan penyerapan mineral serta penyerapan air oleh sistem perakaran, memacu perkembangan dan percabangan rambut akar, meningkatkan pengikatan N terutama pada saat pembungaan dan menghasilkan substansi pemacu pertumbuhan tanaman antara lain gibberrelin, sitokonin dan yang paling dominan adalah IAA (Indole Acetic Acid) (Zulhijah, 2006). Isolat ini juga mampu tumbuh pada media campuran onggok dan dedak pada suhu 30oC karena bakteri tersebut mampu menghasilkan enzim ekstraseluler (protease, amilase, selulose dan lipase) (Nurosid, 2008).
Azospirillum sp. KK1 merupakan isolat yang mempunyai kemampuan paling tinggi dalam menambat nitrogen yang diisolasi dari akar tanaman kangkung mampu merombak bahan organik kelompok karbohidrat, seperti selulosa dan amilosa, serta bahan organik yang mengandung sejumlah protein dan lemak pada campuran dedak dan onggok. Azospirillum sp. KK1 diketahui memiliki potensi dalam biodegradasi bahan organik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memfermentasi campuran dedak dan onggok agar kandungan nutriennya meningkat. Azospirillum sp. KK1 mampu menghasilkan amilase, protease dan lipase yang masing-masing dapat mengkatalisis reaksi pemecahan selulosa, amilum, protein dan lemak sehingga Azospirillum sp. KK1 berpotensi sebagai biodegradator senyawa kompleks selain digunakan sebagai agen biofertilizer (Lydia, 2004).
Azospirillum sp. KK1 mampu tumbuh dan membentuk cincin seperti kabut di bawah permukaan media pada media Nitrogen Free Bromthymolblue (NFB) dengan ukuran diameter yang berbeda-beda. Bakteri ini bersifat motil yang ditandai dengan terbentuknya cincin seperti kabut dibawah permukaan medium, bersifat motil, koloninya berbentuk bulat tidak teratur, berwarna merah muda, elevasi rata, permukaan halus mengkilap dan bagian tepi rata (Rakatama, 2008).
Menurut Rahmawati (2005), sel Azospirillum sp. PRD2 berbentuk batang pendek, Gram negatif, dan katalase positif. Bakteri ini dapat mereduksi nitrat dan dapat tumbuh pada medium semi padat NFB (Nitrogen Free Bromthymolblue) menunjukkan bahwa Azospirillum sp. PRD2 bersifat motil ditandai dengan adanya pembentukan cincin seperti kabut putih, sedangkan koloni pada medium Caceres berwarna merah muda. Azospirillum sp. PRD2 dapat tumbuh pada campuran dedak dan onggok sampai waktu inkubasi 8 minggu. Kemampuan tersebut dikarenakan bakteri mampu memanfaatkan komponen yang ada dalam medium. Isolat ini memiliki kemampuan mendegradasi komponen kompleks menjadi sederhana sehingga bakteri ini mampu menghasilkan enzim amilase, protease, lipase dan selulose.   
Kemampuan Azospirillum dalam menstimulasi pertumbuhan tanaman adalah
dengan melakukan penambatan nitrogen serta mampu menghasilkan senyawa fitohormon yang merupakan hormon pertumbuhan yang dibutuhkan tanaman (Lestari et al., 2007). Dibandingkan bakteri diazotrof lainnya, Azospirillum lebih erat dan membentuk struktur seperti kapsul dalam menambat N2 (Berg et al., 1980). Menurut Gamo (1991), hormon yang dihasilkan Azospirillum dapat memacu pertumbuhan akar rambut. Terpacunya pertumbuhan akar rambut akan menyebabkan pertambahan volume akar sehingga hara yang diserap lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tidak berasosiasi dengan bakteri ini. Hasil penelitian Kusdianti dan Salim (2009) pada beberapa tanaman yang diinokulasi dengan Azospirillum menunjukkan pertambahan tinggi tanaman. Katupiya dan Vlassak (1990), melaporkan hasil percobaan inokulasi tanaman dengan Azospirillum dari seluruh dunia yang dikumpulkan selama 20 tahun, bakteri tersebut mampu meningkatkan hasil pertanian pada kondisi dan iklim berbeda sebesar 30-50%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa bakteri Azospirillum merupakan bakteri yang sangat berpotensi dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Menurut  Oedjijono  dkk. (1996), bakteri pemfiksasi nitrogen Azospirillum spp. merupakan mikroorganisme yang dapat memfiksasi nitrogen dari udara dan kebanyakan hidup bebas (non simbiotik) atau bersimbiosis dengan tanaman tertentu. Menurut Mas’ud (1992) nitrogen sangat dibutuhkan pada tanaman hidroponik untuk menghasilkan zat hijau daun (klorofil). Klorofil merupakan pigmen utama dari tetrapirol yang membentuk cincin yang tengahnya mengandung metal yang memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis sebagai nutrisi tanaman dalam proses pertumbuhannya (Rukmi, 2010). Nitrogen dibutuhkan tanaman tomat untuk meningkatkan pertumbuhan daun serta meningkatkan kandungan protein yang digunakan dalam proses metabolisme pertumbuhan tanaman tomat.
Azospirillum umum dijumpai di rhizosfer dan rhizoplane karena sebagian besar kebutuhan nutriennya tergantung dari eksudat akar tanaman inangnya dan sebaliknya tanaman inang memanfaatkan hasil aktivitas bakteri untuk memenuhi sebagian kebutuhannya. Atlas dan Bartha, (1981) menyatakan bahwa Mikroorganisme memiliki suhu optimal untuk pertumbuhannya yang memungkinkan mikroorganisme tersebut menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Mikroorganisme juga mempunyai kisaran suhu terendah dan tertinggi untuk hidupnya. Saat suhu mikroorganisme melebihi batas maka akan menyebabkan kegagalan mikroorganisme tersebut untuk tumbuh.
Azospirillum selain mampu menambat nitrogen dan menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman,  juga  mampu merombak  bahan organik  di  dalam tanah (Claudia, 2006). Bahan organik yang dimaksud adalah bahan organik yang berasal dari kelompok karbohidrat, seperti selulosa, amilosa, dan bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan protein. Pertumbuhan Azospirillum sangat baik pada medium yang mengandung asam malat, asam suksinat atau asam piruvat, dan cukup baik pada medium yang mengandung galaktosa dan asam asetat, sedangkan pada medium yang mengandung glukosa dan asam sitrat pertumbuhannya kurang baik (Rusmana dan Dodit, 1994).
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah :
1.         Azospirillum spp. mampu tumbuh dan berkembang pada media  hidroponik.

2.         Azospirillum spp. mampu mengkoloni akar dan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat (Solanum licopersicum L.) yang ditumbuhkan dengan cara teknik hidroponik. 
ini sedikit cuplikan tentang masa depanku. sudah di depan mata sekarang mau gak mau harus dikerjakan,smangatttt

1 komentar: